Tampilkan postingan dengan label Mujahid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mujahid. Tampilkan semua postingan
Minggu, 04 Desember 2011

Usamah bin Ladin: Sang Imam Mujahid Berjuang Untuk Islam

0 komentar
Usamah Bin Ladin
Usamah lahir dari keluarga kaya di Riyadh, Arab Saudi, tahun 1957. Ayahnya – Muhammad Ladin – imigran dari Yaman. Besar di Madinah dan Hijaz, Usamah menamatkan syudi ekonomi dan manajemen di Universitas King Abdul Aziz Jeddah serta menyelesaikan sekolah teknik di Inggris. Usamah lalu mengelola perusahaan konstruksi miliki ayahnya. Ia mewarisi kekayaan ayahnya senilai US$ 300 juta.

Kekayaannya itu kemudian ia pergunakan untuk mengobarkan “jihad international” melawan AS. Ia berjihad ke Afghanistan tak lama setelah Uni Sovuet menyerbu negara itu di taun 1979. Di sana, Usamah berkawan dengan Ibnu Al Khaththatb, pejuang Islam dari Yordania yang disebut-sebut berada di barisan pejuang Muslim Dagestan (Rusia). Keduanya aktif membantu perjuangan kaum Muslimin di Afghanistan, Al Jazair, Bosnia, Chechnya, dan Dagestan.

Sepanjang tahun 1980-an, Usamah dan AS sendiri pernah berjalan seiring dalam menghadapi kekuatan Soviet. Namun, Usamah secara terang-terangan tetap menganggap, Washington sama saja dengan Moskow. Tetapi, saat itu prioritas utama yang harus dilawan adalah Moskow. Setelah perang usai, Usamah kembali ke Arab Saudi dan mengurus bisnis keluarga (1989).

Di tanah airnya, Usamah menjadi symbol perjuangan kelompok kritis terhadap Kerajaan Arab Saudi. Dia mengkritik habis sikap kerajaan yang mendukung AS menyerang Irak dan membiarkan tentara AS berkeliaran di Tanah Suci sejak Perang Teluk (1990).

Pada tahun 1994, Pemerintah Saudi mencabut paspor atas namanyua setelah Mesir, Al Jazair dan Yaman menuduhnya mendukung kelompok anti-pemerintah di negara-negara itu. Kewarganegaraan Usamah pun dicabut. Selanjutnya, Usamah pergi ke Sudan. Di sana, ia membantu pembangunan jalan yang menghubungkan ibukota Khartoum dengan pelabuhan dan bandara Sudan. Ia juga terjun dalam dunia bisnis ekspor barang-barang dari Sudan, seperti getah, jagung, bunga matahari dan wijen. Kepada wartawan Barat, Usamah menyebut dirinya petani (farmer).

Pada tahun 1995, Usamah pindah ke Afghanistan bersama pengikutnya. Ia tinggal di Jalalabad, Afghanistan timur. Pada April 1997, ia pindah ke Kandahar yang menjadi markas pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Muhammad Umar.

Sejak kembali ke Afghanistan dan bergabung dengan Taliban, AS mulai memburu Usamah. Al Qaida mulai disebut-sebut sebagai nama organisasi yang didirikan Usamah. Tidak hanya itu, Al Qaida pun dijuluki “organisasi dan jaringan teroris internasional”.

Berbagai aksi peledakan dan pengeboman di sejumlah tempat hamper selalu dikaitkan dengan nama Al Qaida, mulai dari usaha pengeboman kapal induk AS di Timur Tengah, upaya peledakan Gedung WTC tahun 1993, penembakan helicopter AS di Somalia (1993), pengeboman Oklahoma City (1995), peledakan bom mobil di Riyadh dan Dhahran - Arab Saudi (1995), pengeboman Kedubes AS di Kenya dan Tanzania (1998), serangan WTC dan Pentagon 11 September 2011, sampai peledakan bom di Bali (12 Oktober 2002).

Presiden AS (waktu itu) Bill Clinton menyebut Usamah sebagai “sponsor dan pendukung terorisme internasional yang paling utama di dunia”. Usamah menjadi orang yang paling diburu nomor wahid. FBI menempatkan Usamah sebagai the most wanted man (orang yang paling dicari) dan menawarkan hadiah US$ 5 juta bagi siapa saja yang dapat menangkap Usamah hidup atau mati dan menyerahkannya ke AS, bahkan untuk sekedar informasi yang mengarah pada penangkapan Usamah.

Kambinghitam Al Qaeda
Sejak ditetapkan Pemerintah AS sebagai terdakwa pelaku peledakan Gedung WTC 11 September 2001, Usamah dan Al Qaida menjadi isu sentral yang diangkat AS dan antek-anteknya untuk memerangi kelompok-kelompok pejuang Islam di mancanegara. Setiapkali ada aksi teror, nama Al Qaida disebut-sebut sebagai tertuduh.

Stasiun TV Al Jazirah Qatar dan CNN sering menayangkan rekaman pidato Usamah baik berisi ancaman serangan ke AS maupun pesan-pesan bagi umat Islam dunia. Namun kalangan aktivis Islam lebih percaya, itu hanyalah rekayasa CIA untuk tetap menghidupkan Usamah dan Al Qaida sebagai sosok “teroris”. Beberapa media Barat seperti CNN, ITN World News, Washington Pos, dan New York Times telah berulangkali menyiarkan berita palsu soal rencana-rencana serangan Al Qaeda terhadap kepentingan AS dan sekutunya.

Al Qaida yang dikait-kaitkan dengan Tragedi WTC hingga kini pelaku sebenarnya masih belum jelas. Direktur FBI, Robert Muller, ketika itu pernah mengaku tak menemukan selembar pun bukti yang member indikasi Usamah bin Ladin dan Al Qaeda berada dibalik peledakan WTC. Yang pasti, Al Qaeda kerap dijadikan kambinghitam oleh AS dan sekutunya, setiap kali terjadi peristiwa pengeboman di sejumlah tempat, termasuk di Indonesia.

Sempat terjadi pro-kontra ihwal ada atau tidaknya organisasi Al Qaeda. Ada dugaan, Al Qaeda itu sebenarnya hanyalah rekaya CIA atau setidaknya hanyalah sebutan pers Barat bagi kelompok pengikut Usamah bin Ladin. Sejak Peristiwa 11 September, AS menjadikan Al Qaeda sebagai “target operasi”. Dengan dalih membasmi Al Qaeda yang dicapnya sebagai organisasi teroris, AS melakukan operasi militer di Afghanistan dan berhasil menggulingkan pemerintahan Taliban yang melindungi Al Qaeda.
Menelusuri jejak kemunculan Al Qaeda, semua hanya istilah dari garis perjuangan sebuah organisasi para mujahid di Afghanistan. Al Qaedah awalnya hanya sebuah Makhtab Al Khidmah, sebuah LSM yang didirikan oleh para veteran pejuang Afghanistan. Tokoh utamanya adalah Dr. Abdullah Azzam (tokoh Ikhwanul Muslimin asal Palestina yang syahid di Afghanistan tahun 1989) dan Usamah bin Ladin, yang merupakan salahsatu murid dekat Abdullah Azzam.

Namun belakangan, seiring dengan gencarjya “kampanye anti terorisme” yang dilakukan AS pasca Tragedi WTC, Al Qeada bergeser menjadi stigma bagi kalangan Islam fundamentalis yang bercita-cita menegakkan syariat islam atau mendirikan Daulah Islamiyah (negara Islam).

Semasa hidupnya, Usamah bin Ladin telah berikrar akan menginfaqkan seluruh harta dan jiwanya untuk perjuangan Islam. Cita-citanya adalah menegakkan syariat Islam dan menghidupkan kembali kekhalifahan Islam. Semoga Allah memuliakan beliau dan menerima amaliyah jihadnya membela kaum muslimin yang tertindas. (Desastian/dbs)
 
Read more...

Ibnul Khatthab: Khalid Bin Walid Abad 20, Singa Tauhid di Bumi Chechnya

0 komentar

Nama lengkapnya adalah Samir Saleh Abdullah Al-Suwailim. Lahir tahun 1969, tumbuh di keluarga mulia dan terhormat dikota Arar, Saudi. Ia mempunyai hati yang tulus, lembut namun tegas. Keluarga mendidiknya menjadi pribadi yang mandiri, untuk itulah keluarganya tidak pernah memberi uang saku lebih padanya. Wajahnya teduh dan memikat, Allah menganugerahi kelebihan padanya berupa kepandaian atau kefasihan berbicara, hal ini membuat lawan yang diajak bicara mudah terpikat.  Lelaki yang mempunyai delapan saudara ini suatu ketika pernah berbicara dengan saudara kandungnya, tanpa sadar membuat saudaranya terpikat lalu dengan sukarela memberinya uang diluar uang saku.
Tidak hanya cerdas, namun Ibnul Khatthab sangat pemberani, berbeda dengan anak-anak seusianya. Suatu hari saat bermain, ia menemui pemandangan yang membuat hatinya terbakar, teman sekolahnya dikeroyok oleh gerombolan anak-anak Syi’ah. Meski Ibnul Khatthab lebih kecil dari anak-anak Syi’ah itu, tapi ia berusaha maju melerai perkelahian yang tidak seimbang tersebut. Sebenarnya ia menyadari tidak mampu mengalahkan anak-anak Syi’ah tersebut, ia nekad maju karena hatinya tidak rela melihat kezaliman. Alhasil, tubuhnya babak belur.
Pernah terjadi dalam hidupnya, kendaraan yang dikendarai menabrak kucing betina. Keringat membasahi tubuh, hatinya didera rasa takut yang sangat, wajahnya pucat pasi, tidak lama kemudian ia pingsan.  Setelah siuman, hal pertama yang ditanyakan adalah keadaan kucing yang ia tabrak. Saudaranya mengatakan bahwa kucing tersebut telah mati.  Mendengar kabar tersebut ia menangis tersedu-sedu.
Suatu ketika saat dia mengendarai mobil di tengah jalan yang sepi, ada seorang berkebangsaan Afrika melambaikan tangan meminta agar berhenti. Kepada Khatthab, lelaki muda Afrika itu meminta bantuan karena mobilnya mogok, sedangkan ia ada keperluan sangat penting di bandara.  Akhirnya Khatthab meminjamkan mobilnya untuk orang tersebut. Setelah lelaki asing itu pergi, ia mencoba membenahi mobil yang ditinggalkan padanya. Namun gagal, ternyata kerusakannya agak fatal. Tanpa ragu, Khathab muda merogoh koceknya untuk membayar orang agar membetulkan mobil rusak itu. Setelah beberapa jam kemudian, laki-laki Afrika itu kembali. Khatthab mengatakan bahwa mobilnya sudah ia benahi, tanpa menyebutkan bahwa ia mengeluarkan uang pribadi untuk membenahinya. Subhanallah!
Tahun 1987, Khatthab mendapat beasiswa untuk belajar di Amerika. Tidak lama setelah berada di Amerika, menggema panggilan jihad dari Syaikh Abdullah Azzam untuk melawan penjajah Rusia di Afghanistan. Khatthab muda bersama pemuda lain, ingin menjadi relawan di Afghanistan. Namun ternyata kunjungannya sebagai relawan tersebut menghadirkan pendar rasa dalam sanubarinya. Ada sesuatu memanggil jiwanya yang fitrah. Semua itu menyebabkan dirinya jatuh. Jatuh dalam rasa.  Rasa tersebut bernama cinta. Ia telah jatuh cinta pada jihad.
Waktu itu, kumis pun belum tumbuh, tetapi Khatthab rajin dan gigih mengikuti serangkaian pelatihan di kamp mujahid, ia merayu komandan-komandannya agar segera diizinkan untuk berperang. Beberapa kali peperangan diikuti oleh Khatthab, namanya selalu ada di setiap operasi, sehingga dalam waktu cepat namanya dikenal di kalangan mujahidin Afghanistan.
Khatthab tidak hanya gigih melawan penjajah kafir, tapi ia sangat giat berlatih, tidak mengenal kata lelah dan letih, begitupun saat peluru musuh mengoyak tubuhnya, ia hanya mengolesinya dengan madu. Terhadap teman-temannya berjuang, Khatthab menyembunyikan rasa sakit yang menderanya.

HIJRAH KEBUMI CHECHNYA

Tahun 1995 adalah awal Ibnul Khathab menginjakkan kaki di bumi Chechnya. Negeri yang telah dicengkeram penjajah komunis Rusia tersebut membuat nuraninya terpanggil. Akhirnya di bumi Chechnya inilah Allah menyatukan dirinya dengan mujahid tangguh yang namanya tersohor, yaitu Syamil Basayef.
Keberadaan Khatthab di Chechnya membuat pemerintah kehilangan kontrol. Dengan bangga pemerintah mengatakan akan dengan mudah mengalahkan para mujahidin yang jumlahnya hanya ratusan, sementara pihak Rusia mengerahkan ratusan ribu tentara lengkap dengan persenjataan canggihnya. Perang gerilya yang dilakukan mujahidin membuat pasukan Rusia kocar-kacir.
Berbagai prestasi gemilang dapat diraih oleh para mujahid, tentunya atas izin Allah. Pada bulan April 1996 Ibnul Khatthab melakukan operasi gerilya yang dinamakan operasi Sha Toi. Dalam operasi Satoi, Khatthab menyergap konvoi tentara Rusia yang berjumlah sekitar 50 kendaraan berat. Sedikitnya 223 pasukan dan 26 perwira tinggi dalam konvoi tersebut terbunuh. Hal ini menjadikan nama Ibnul Khatthab tersohor, dan menjadi target utama Rusia.
Ibnul Khatthab adalah mujahid pertama yang mengabadikan momen-momen jihad, rekaman video operasi dan perjuangan berhasil di dokumentasikan. Ibnul Khatthab mengirimkan rekaman-rekaman video tersebut untuk mengobati rindunya pada keluarga. Sang ibu selalu mengharap ia kembali, namun sebaliknya sang ayah, begitu bangga dengan Khatthab dan sangat mendukungnya jika terus memperjuangkan Islam dari cengkeraman penjajah Rusia.
Ketika bertemu seorang nenek, Khatthab bertanya, apakah ingin Chechnya merdeka? Dengan antusias nenek tersebut menjawab, bahwa ia ingin merdeka, menjalankan syariat islam tanpa intervensi dari komunis.  Lalu Khatthab bertanya lagi, “Lalu apa yang akan nenek berikan untuk mendukung para mujahidin?” Nenek itu pun menjawab, “Aku hanya mempunyai jaket ini, kuserahkan jaket ini untuk keperluan mujahid.” Mendengar jawaban itu, Khatthab meneteskan airmata.
Sejak kedatangan Khatthab, Rusia telah meminjam tangan kaum Sufi untuk memusuhi Khatthab, karena tokoh Sufi sangat membenci perjuangan kelompok Khatthab. Salah satu pasukan Khatthab ingin mendebat arogansi kelompok Sufi, namun Khatthab melarangnya. Khatthab berprinsip, lebih baik menghindari perdebatan yang tidak penting, karena dengan begitu akan banyak waktu untuk memikirkan strategi jihad.

PENGKHIANATAN ITU

Dengan sepak terjang Khatthab, Rusia semakin ganas. Berbagai cara pembunuhan diupayakan, mulai dari peledakan bom dan usaha lain, tapi selalu gagal. Ia pun pernah diberitakan meninggal oleh media Rusia.  Upaya pembunuhan tersebut menghasilkan kegagalan. Hingga dibuatlah rekayasa keji oleh intelijen Rusia bernama FSB (Federal’naya Shulbha Bezopasnoti) untuk bersekongkol dengan pengkhianat.
Sebuah surat yang dibubuhi racun mematikan diserahkan pada Khatthab. Begitu surat dibuka, nyawa Khatthab melayang. Awalnya pengkhianatan itu tidak diketahui, baru setelah dua minggu rekayasa ini terbongkar.
Ibnul Khatthab sang singa tauhid di bumi Chechnya itu telah tiada, tetapi seribu Khatthab akan bangkit untuk membumihanguskan kaum kafirin. Sang komandan gigih dan cerdik berjuluk “Khalid Bin Walid Abad 20” telah mendapatkan apa yang diinginkannya, syahid dalam membela agama Allah.

Catatan Kaki
Maraji’: “Komandan Khatthab” karya Abu Anas At-thabrani dan “Perjalanan Meminang Bidadari” karya Herry Nurdi.
Penulis: Yulianna PS
Penulis Kumcer “Cahaya Ilahi dari Gaza untuk Insan Ateis”

 Sumber :  www.voa-islam.com

Read more...
 
Ruhama : Merenung Sejenak © 2011